About Me

My photo
JUST EVERY DAY PEOPLE

Tuesday, March 27, 2012

SERDADU KUMBANG : WAJIB FARDU AIN UNTUK DITONTON


“Amek..apa kabar negeri kita hari ini?”

“Anak SD disiksa gurunya, harga cabe naik lagi, demo masih dimana2” (kurang lebih seperti itu jawaban Amek, saya lupa 80% sepertinya)

Diatas itu adalah cuplikan dialog antara Amek dan salah seorang tetangganya dalam film terbaru besutan Alenia production berjudul SERDADU KUMBANG. Film menarik ini memang tidak jauh beda dengan film film idealis lainnya yang mengusung tema anak anak dan pendidikan semacam LASKAR PELANGI, DENIAS, dan judul judul lainnya yang sayangnya masih dapat dihitung dengan jari. Yang paling menarik adalah (setidaknya bagi saya pribadi) kehadiran sosok Amek yang diperankan dengan ciamikkkk oleh Yudi Miftahudin. Lelaki kecil ini bolehlah sumbing, namun aktingnya sempurna. Melihak Amek tanpa ekspresi saja sudah senang, rasanya seperti makan mangga afrika yang sekilonya enam puluh lima ribu. Melihat Amek menangis rasanya seperti habis kehilangan dompet dan membayangkan akan ribet mengurus kembali STNK, SIM, KTP dan hal hal bulshit lainnya, singkatnya sedih dan sebal kenapa harus berbirokrasi. Dan melihat Amek tertawa rasanya seperti jatuh cinta lagi, terbang ke langit ketujuh, naik tornado dengan diiringi lagunya All the Single Ladiesnya Beyonce (Lah?). Lupakan saja perumpamaan saya yang tidak pas pada tempatnya, intinya saya ingin berkabar bahwa ada film baru produksi Indonesia yang super wajib ain ditonton, jika tidak haram hukumnya (saya sudah seperti MUI saja ya?).

Film ini bersetting di Sumbawa, tepatnya desa Taliwang. Tema yang diusung masih tentang sistem pendidikan kita yang suka sekali berganti nama tapi tidak sifat sistem itu sendiri. Mungkin (pinurut kepercayaan jawa) alasan penggantian nama itu untuk buang sial yah?, jadi orang jawa pada umumnya akan mengganti nama anak mereka jika anak mereka sakit sakitan, ada yang bilang nama itu terlalu berat, sehingga si anak stress mikir amanat yang terkandung dalam nama itu, sakitlah dia. Akhirnya, digantilah nama si anak sampai si anak benar2 sehat wal afiat. Padahal mungkin, si anak sembuh berkat obat dan perawatan yang kebetulan efeknya bereaksi bersamaan dengan penggantian nama. Nah, mungkin, alasan pemerintah kita mengganti nama sistem pendidikan kita adalah untuk buang sial karena sistem pendidikan kita keberatan nama, entah sampai kapan penggantian nama ini berlangsung, semoga saja pada akhirnya sistem pendidikan kita nantinya akan benar benar sembuh.

Kembali lagi ke SERDADU KUMBANG, Amek sudah berkali kali tidak lulus UNAS. Bisa dibilang dia cerdas, tapi karena sistem pendidikan di sekolahnya yang masih linier dan anarkis, Amek dan dua temanya, Acan dan Umbe, lebih suka membolos. Ada juga cerita tentang Pohon Cita Cita yang merupakan metafora dari impian. Para penduduk desa Mantar, tempat Amek tinggal mempunyai kebiasaan menggantung cita cita mereka di pohon cita cita. Sehingga pohon tersebut dipenuhi botol betol berisi cita cita para anak anak bangsa ini. Ada juga cerita tentang kekecewaan para orang tua murid ketika semua anak anak mereka tidak lulus UNAS, padahal salah satu dari mereka, Minun, kakak Amek, selalu juara satu dan juara lomba matematika se Taliwang.

Lelaki lelaki kecil ini adalah aktor baru, namun permainan mereka mampu mengimbangi aktor kawakan Putu Wijaya yang berperan menjadi Papin (Kakek). Papin yang tidak lulus sekolah namun luar biasa arif, mengajar ngaji, bercerita tentang sejarah, berpetuah tentang hidup pada anak anak didiknya. Dan jangan lewatkan pula akting apik Titi Suman yang mengingatkan saya pada akting Rieke Dyah Pitaloka di Laskar Pelangi. Ada juga Surya Saputra yang memerankan Pak Ketut dengan seragam kuning bertuliskan PT NEWMONT NUSA TENGGARA yang kemudian memberi secercah harapan pada murid murid desa mantar, yang tentu saja sampai sekarang saya masih menanyakan apa maksud kehadiran seragam kuning itu

Biarpun tidak berakhir dengan akhir yang gemilang, film inimalah sangat dekat dengan realita. Cita cita itu memang untuk diwujudkan dan bukan digantungkan, mungkin itu yang ingin disampaikan lewat metafora pohon cita cita. Citra pendidikan yang direfleksikan oleh film ini semoga dapat benar benar menggunggah semua penonton bahwa mendidik adalah kewajiban semua orang.Namun memang yang terpenting adalah semangat untuk maju dan berbagi yang berhasil disuntikkan film ini, jadi ketika pulang seusai nonton film ini, selain bekas air mata, ada tekad bulat untuk turut berpartisipasi dalam pendidikan negeri ini. Tidak seperti ketika nonton film filmya duet Persik dan Perez, saya tidak tahu apa yang kemudian melekat di otak para penikmatnya selain payudara dan pantat, kalau saya, pasti, omelan berkepanjangan yang membuat orang di sebelah saya tanya, “Ngapain Nonton?”, trus saya jawab “Pengen Tahu Sejelek dan Sehina apa..sehingga saya bisa caci maki habis habisan (saya yang kehabisan makian maksudnya)!!.”

Saya merindukan liburan sekolah tahun depan agar dapat menonton film semacam ini lagi. Dan saya berharap semoga saya tidak perlu selalu menunggu liburan sekolah untuk dapat menikmati film semacam ini.

Ayo semuanya, dukung perfilman Indonesia. Nikmati Indahnya alam Sumbawa, megahnya gunung Tambora, gagahnya Kuda Sumbawa, Juga kharisma Papin yang diperankan Putu Wijaya, dan tidak ketinggalan wajah lugu Amek yang ingin jadi penyiar TV terkenal di film terbaru ALENIA CINEMA : SERDADU KUMBANG.....!!

SELAMAT MENONTON-SELAMAT TERHARU-SELAMAT MENAGIS-SELAMAT MENIKMATI

1 comment:

  1. yo mungkin ae maksud seragam kuning iku gae sponsor mbak dan mungkin memberikan pencitraan tentang tambang yang tidak (melulu) "jelek", padahal ya banyak yang menyengsarakan.hehehe

    ReplyDelete