About Me

My photo
JUST EVERY DAY PEOPLE

Thursday, June 16, 2011

Saking Manusia terlalu dimanjakan, Setan pun sampai menggugat

Judul saya panjang sekali yah?, tapi tak apa lah, sekarang kan jamannya yang panjang panjang, masak judul saya kalah sama episot seinetron?..loh?

Perihal tentang judul saya diatas, sebenarnya saya tidak berkehendak untuk menulis opini saya, saya hanya terlalu bergairah karena membaca sebuah "komik" yang di pinjamkan kawan saya pada saya. Perihal peminjaman ini bermula dari kepindahan saya ke Malang yang super mendadak, satu satunya buku yang saya bawa judulnya Psikologi Pendidikan, hah..bukan judul yang tepat untuk dibaca sambil tiduran bukan?. Lalu saya pergi ke toko buku yang menyediakan diskon seumur hidup (Toga Mas rek), saya beli saja Padang Bulannya Andrea Hirata setelah seorang kawan meyakinkan saya untuk kembali mencintai nya. Besoknya, buku saya ini di pinjam oleh kawan saya yang mengalami nasib serupa dengan saya, tak tegalah saya, kupinjamkan saja buku baru saya itu. Nah, disini baiknya, benar kata hadis entah siapa yang berujar, saya juga lupa, pokok inti hadis itu adalah, bahwa jika engkau berbuat kebaikan, maka kebaikan akan datang padamu juga. Rupanya kebaikan saya meminjamkan buku, dibalas dengan sangat cepat, hanya selang dua hari, mbak kristin, rekan seperjuangan saya menawarkan meminjamkan buku, "menawarkan saya", jarang jarang loh, biasanya kan saya yang maksa minjem buku. Ia menawarkan saya untuk meminjam tiga bukunya Pram (karna yang bumi manusia saya sudah baca) dan satu "komik" indonesia berjudul Hidup itu Indah karya Aji Prasetyo.

Saya ini tidak terlalu suka komik, suerr...satu satunya komik yang saya baca sampai tuntas ya detektif konan, sampai ada serial kartunnya di Indosiar, berhentilah saya baca komik. Nah, mbak kristin meyakinkan saya untuk baca komik yang satu ini, okelah, kata saya, lagipula pram terlalu berat untuk dibaca sambil tiduran, selain berat tebalnya juga berat isinya. Saya baca komik ini yang kemudian menamakan dirinya "Kumpulan Komik Opini", ternyata memang benar kata mbak kristin,,,,lucuuuuu,,,,lugasssss,,,,,cerkasssss,,,,,cerdassssss,,,,,konyollllll,,,,,,to the pointttttt,,,,,apa lagi ya? sekk....emhhh.....asekkkkkk pokoknya.

Awalnya saya ingin mengkritisi komik ini, lalu saya pikir, kritik akan hadir jika saya berfriksi dengan karya ini bukan?, tapi saya setuju seratus persen, ah..kalo begitu mensarani saja, lalu saya pikir lagi, tahu apa saya tentang komik, suka saja baru baru ini, apa yang mau saya sarankan?, saya jadi bingung menamai genre tulisan saya ini, hemm...apresiasi saja mungkin yah?, saya hanya ingin berbagi kesenangan, seperti mbak kristin yang berbagi komik ini pada saya, saya pun ingin berbagi sensasi tidak biasa setelah membaca komik ini pada pembaca (karena saya tidak mungkin meminjamkan komik yang bukan punya saya kan?).

"Hidup itu Indah", judul komik opini ini. Illustratornya adalah Aji Prasetyo, seorang sarjana seni rupa lulusan UM. Isinya mengkritisi kehidupan sosial politik dan agama di Indonesia dalam rentang tahun 2008 sampe 2010 (semoga benar). Mulai dari perang jawa, PKI, Amrozi cs, termehek mehek, minta tolong, FPI (Front Pencemar Islam), sampai kentut, ada disini. Aji Prasetyo dengan cerdas dan cerkas meramu isu isu sospol, agama dan budaya dalam guyonan yang ringan, gambar gambar yang ekspresif, dan tema tema keseharian yang sebenarnya berat, namun disajikan dengan sangat ramah. Membaca komik Aji ini mengingatkan saat saat dimana saya masih ber-Maha maha sebagai siswa, mengagungkan ritual ngopi padahal saya ngeteh sambil mengkritisi pemerintah sana sini, mencemaskan nasib adik adik yang sudah pandai bersolek dan rekreasi badan, resah karena semakin banyak mall daripada rumah pintar, geram saat lihat norman goyang india dan digilai masyarakat, gatel pengen nonjok saat lihat mukanya marzuki ali, ngomel gak jelas setiap kali liat iklannya termehek mehek yang jelas jelas bukan reality show (tapi kalo uda pake istilah show? Apa pantes di tambahi reality yah?), dibarengi geleng geleng prihatin, menatap jalanan yang sudah mulai kosong dengan mata nanar, atau tertawa terbahak bahak karna menyadari bahwa kami hanya bisa bicara. Ah...saya merindukan saat saat itu...hukz.... T-T.

Yuk kembali ke “Hidup Itu Indah”. Aji Prasetyo membagi kisahnya dalam lima babs (jamak ditambahi s), bab pertama berjudul Hidup Itu Indah, yang kedua Komoditi Itu Bernama Agama, yang ketiga Sekolah Bangsa Itu Bernama Media (saya suka judul ini, ingin kubajak saja rasanya), yang keempat Berpolitik Tanpa Melukai Akal Sehat, dan yang terakhir Sejumput Wacana Dalam Selembar. Kesemua babs ini menarik, tapi ada satu yang paling favorit bagi saya yang ternyata juga favorit bagi Ayu Utami si pengantar kata dalam komik ini. Yang menarik bagi kami (saya dan ayu utami) adalah salah satu kisah berjudul Setan Menggugat. Kisah ini tergabung dalam bab 2 yang berjudul Komoditi Itu Bernama Agama. Kenapa menarik?, karna Aji berusaha bersimpati pada setan.

Setan Menggugat?, kenapa loh?, usut punya usut karena sekarang manusia sudah banyak yang jadi setan, jadi setan mulai kehilangan pekerjaannya. Saya pun jadi ikut bersimpati pada setan, coba pikirkan, Tuhan ingin agar seluruh umatnya menyembah Tuhan, nah, saat setan menolak menyembah adam dan Tuhan menghukumnya, Setan merasa terkhianati, mungkin dalam hatinya begini “Aku kan nurut cuman mau menyembah Tuhan dan bukan adam, kok malah dihukum sih?”. Trus lagi, yang bikin si setan ini merana, dia selalu diijadikan kambing hitam untuk semuaaaaaaaaaaaa kesalahan manusia, secara implisit, setan ini dijadikan tolak ukur kemuliaan manusia berdasarkan keburukannya. Trus lagi, yang bikin si setan ini merana, dia tidak dapat kesempatan untuk bertobak dan masuk surga, tidak seperti kita manusia yang selalu dapat pengampuan setiap hari raya. Trus lagi, setan ini juga tidak dapat bonus binatang ternak kayak kita manusia loh?. Hmm,,,,kalau dipikr pikir, kasihan banget yah si setan ini, padahal satu satunya mahluk Tuhan yang konsisten melakukan perintah Tuhan ya si setan ini, mengganggu manusia. Jadi, saat Setan berusaha menggugat Tuhan atas posisinya yang serba tragis ini, saya hanya bisa berkata “semangaattt..”.

Parodi singkat tentang setan tadi mohon jangan dimaknai terlalu serius, jangan juga sodori saya dengan hadis dan ayat ayat, saya belum mengerti itu semua. Saya hanya ingin mengajak pembaca untuk merenungkan kembali kehidupan ini melalui komi Aji ini. Judul ini menarik sekali bagi saya, kenapa?, karena kemudian saya kembali mempertanyakan semuaaaaanyaaaa. Pencitraan setan ini yang kemudian saya tanyakan, juga pencitraan bonus bonus binatang ternak sebagai embel embel beribadah, isu klasik memang, namun ternyata tetap jadi PR dan belum juga terjawab. Saya paham bahwa manusia itu dasarnya bersifat prakmatis, jadi konsep Tuhan yang kalkulatif di anggap paling pas sebagai konsep doktrinasi. Nah, lagi lagi si setan yang kena getahnya, sudah dikambing hitamkan, di jelek jelekkan, di hukum, tidak diberi kesempatan bertobat, tidak boleh masuk surga pula. Humm...kalo mengingat nasib setan ini, betapa beruntungnya kita jadi manusia yah?, dan bukan setan. Kita memang benar benar dimanjakan Tuhan. Alhamdulillah....

Melontarkan sebuah sikap kritis optimis itu memang bukan hal gampang, tidak seperti kritik pesimis dan anarkis yang cukup dengan menggerutu dan merusak. Kritik Optimis disampaikan dengan cara yang damai, santun, namun tepat sasaran, dan jangan lupa solusi. Inilah yang tidak dilupakan Aji Prasetyo. Solusi itu tidak tampil dalam tanda kutip dan di akhiri dengan jargon “salam super”, namun ia mencoba membuka ruang dialektika dalam kisah kisahnya, ruang dialektika bebas yang membiarkan para penikmat kisah ini menjadi sensitif dan berpikir kritis optimis. Jika saya melihat berita berita sospol di televisi swasta apalagi tv satu yang lebay, saya suka takut dan ngeri sendiri melihat dan mengetahui kesakitan bangsa ini, saya suka sebel, geregetan, darah tinggi saya semakin tinggi melihat para pemangku negeri yang masih betah bermunafik ria. Saya suka bertanya, “kemaluannya” dimana yah?. Ah, daripada nonton berita seperti itu, jika esensinya adalah mengetahui perkembangan bangsa ini, saya lebih memilih menikmati komik opini Aji Prasetya saja, biar dia yang nonton ngerinya berita di bangsa ini, lalu dia akan meramunya dengan komik yang asyik, dan saya akan membacanya. Hihihhiii...saya jadi menemukan cara yang menarik untuk ber berita.

Saking senangnya saya dengan komik ini, saya ingin teman teman juga menikmatinya, bagi yang sudah membaca boleh membaca lagi, bagi yang belum, sempatkanlah membaca, dan mari kita bersama sama merasakan bahwa “Hidup Itu Indah”

seri virtualnya bisa teman teman baca di link ini http://klewang.multiply.com/.