About Me

My photo
JUST EVERY DAY PEOPLE

Wednesday, June 9, 2010

belajar untuk lebih hidup

Mencoba belajar lagi tentang kehidupan, mencoba kembali merasai nuansanya, merangkum kembali mozaik mozaik jingga yang terus saja meninggali nuansa abu abu. Kita tidak akan pernah sadar bahwa penghidupan hidup sangat dekat dengan kita, terlampau dekat, hingga mungkin kita tak pernah menyadarinya, penghidupan hidup adalah diri kita sendiri, diri kita saat selalu mencoba dan mencoba memaknai setiap fragment fragment kehidupan dengan lebih dekat. Dee menyebutnya dengan jembatan jaman, jembatan yang selalu menghubungkan kita dengan diri kita sendiri dan kehidupan di sekitar kita, jembatan jaman yang tidak pernah peduli jaman, jembatan jaman yang bernama kesederhanaan. Hmm….takkan bisa diuangkap bagaimana rasanya merasai segala sesuatu dengan sederhana, tidak ada lagi ketakutan akan ambisi yang membuncak dan bikin diri kita bergidik, ambisi yang bahkan membuat kita tak lagi mengenal diri kita, ataupun orang disekitar kita. Hingga pada akhirnya segala sesuatunya terbangun palsu, mulai diri kita dan orang orang di sekitar kita.
Mencoba belajar kembali tentang kehidupan, dan itu bukan tentang hidup untuk makan atau makan untuk hidup saja, dan itu bukan tentang kesempurnaan, bukan juga tentang keidealan, hmmm…..bukan juga tentang kesederhanaan, dan ternyata bukan juga tentang keindahan…..jika boleh merangkumnya dalam satu kata, Life is messy, hidup itu berantakan.
Hidup itu berantakan, untuk menuju keteraturan. Chaos to order, seperti ketika bermain Rubik, kita harus merusak sisi putih kita yang terbangun sempurna untuk akhirnya menyelesaikan lapis pertama dalam kubus berwarna itu, merusak satu sisi dan disaat yang bersamaan sisi sisi yang lain akan memperbaiki dirinya, kita akan membutuhkan logaritma logaritma yang tepat untuk itu, merusak sebuah tatanan sederhana untuk menuju tatanan selajutnya yang lebih kompleks, hingga tatanan tatanan yang terbangun itu telah settle dan kita tak perlu lagi merusaknya. Just like a life, ada yang menemukan logaritma yang tepat sehingga tak perlu terlalu banyak merusak dan segera mencapai keteraturan, namun ada juga yang harus berkali kali mencoba sehingga harus berkali kali rusak untuk menuju keteraturan. Hmmm, proses itu bukan tentang salah atau benar, bukan tentang pintar atau bodoh, dan terlalu naïf jika menamainya takdir (walau memang begitu), proses itu adalah milik kita sendiri, hak istimewa setiap manusia untuk mengalami, tanpa perlu ada penghakiman dangkal tentang rumus ideal hidup yang dengan sok meluncur dari mulut mulut konvensional yang tak pernah berpikir tentang hidup yang bermakna, mulut mulut konvensional yang mematok keidealan hidup dengan slip gaji bulanan, mulut mulut konvensional yang menganggap dirinya benar benar mengenal hidup, ah…tidak, mereka hanya mengenal ritual, mereka hanya mengenal hidup sebagai hal ritus. Hidup itu berantakan, hidup itu relative, hidup itu hak personal manusia. Hidup itu adalah kita.

Mencoba lagi belajar tentang kehidupan, memulai dari sebuah mimpi tentang hidup yang ideal [ukuranku], yang ternyata terbentur tentang hidup yang ideal lainnya [ukuran mereka], lalu mulai limbung mencari yang terbaik [diantara aku dan mereka], dan belum juga menemukan. Mencari maknanya dengan nonton film sarat makna, beh….bagaimana mungkin mengiblati kehidupan yang bahkan bukan milikku?, Lalu mencoba berpikir sederhana, memulainya dengan mengumpulkan botol bekas soft drink 200ml, melabeli mereka dengan bahan pokok penunjang cita cita, botol pertama tertulis “Travelling”, botol kedua tertulis “Having Fun”, dan yang ketiga tertulis “Books”, menyisihkan isi dompet dengan membagi ketiganya rata, dan maaf jika di akhir bulan aku harus menghianati salah satunya (atau ketiganya), botol botol penunjang mimpi, mimpi yang mungkin saja hanya berakhir di buku harian, mimpi yang mungkin saja hanya berakhir ketika aku mulai mengusap belekku, mimpi yang mungkin saja berakhir ketika aku terbekuk oleh konvensi hidup. Terlepas dari itu semua, aku tak pernah menyesal karna telah bermimpi, dan lebih lagi karna terlah diberikan kehidupan. Hidup dalam sebuah kehidupan yang kompleks, hidup dalam sebuah kehidupan yang sangat berwarna dan bukan tentang putih hitam saja, sebuah kehidupan lain yang mengijinkanku untuk membacanya, memaknainya hingga sangat, mencoba menjadikannya sebuah pengalaman spiritual untuk lebih mengenal sang hidup, sebuah kehidupan yang menyadarkanku untuk lebih dekat dan lebih dekat lagi pada bumi, lebih dekat lagi pada hidup, lebih dekat lagi pada kehidupan, sebuah kehidupan yang mengajarkanku tentang tidak pentingnya mengukur, menghakimi, mencela, menasehati, kehidupan yang mengajarkanku tentang pentingnya mengerti untuk memakna.

Terimakasih untuk teman teman yang mengijinkanku menjadi bagian dari kalian, dan jika kita masih bisa bersua dalam kejujuran, maka beribu maaf kuungkap atas semua hal tentang diriku yang tak berkenan dalam hidup kalian, sangat beruntung mengenal kalian semua, jika mereka berkata bahwa pelajaran terbaik adalah pengalaman, maka kalianlah pelajaran terbaikku…..
Terimakasih untuk menjadi jujur didepanku walau tak pernah ada alat ukur untuk kejujuran, terimakasih telah membuka hidup kalian padaku dan mengijinkanku menjadi pendegar dari sebuah kisah hidup yang terindah. Terima kasih untuk semua cerita, waktu, tawa, tangis, dan kehidupan yang hidup.
Terimakasih untuk momentum momentum berharga itu, maka aku tak perlu mengelilingi dunia, tak perlu mencoba selinting rokok A mild, untuk merasakan hidup lebih hidup….

No comments:

Post a Comment