
Perempuan yang awalnya dianggap sebagai second creature menemukan titik terang dalam konstruksi dunia. Tidak sedikit dari perempuan dunia yang kaget seperti ayam yang baru saja keluar dari kandang, lari kesana kemari, tubruk sana sini, lalu hilang arah dan mendeklarasikan feminisme sebagai sebuah pembebasan (dan bukan solusi). Pembangunan kembali wacana tentang Nature (ranah seksualitas yang baku) dan Nurture (ranah gender yang perceptual) mulai menjadi PR baru bagi para feminis yang menganggap bahwa shock therapy pertama sudah mulai keluar jalur. PR selanjutnya adalah untuk membangun jembatan guna menjembatani kewajiban Nature perempuan sebagai Ibu dan keinginan Nurture perempuan sebagai istri dan manusia bebas. Maka muncullah gerakan Post-Feminisme yang me-(re)dekontruksi paham sebelumnya. Untuk kemudian menjadi Shock Therapy lanjutan bagi para perempuan dunia. Jika laki laki bisa menyalurkan syahwatnya kapan saja, dimana saja, dan dengan siapa saja, mengapa perempuan tidak?. Pemikiran radikal tentang penguasaan dan apresiasi tubuh perempuan mulai menafikkan makna moralitas. Bagi saya pribadi, feminisme adalah sebuah solusi atas ketimpangan perlakuan sosial, budaya, dan terlebih lagi intelektualitas terhadap perempuan. Solusi seharusnya membawa perempuan pada tingkat kehidupan yang lebih cerdas, pintar dan bijaksana. Menafikkan Nature yang kemudian (secara tidak langsung) menafikkan tatanan sosial, budaya dan moralitas (bagi saya) bukanlah sebuah pilihan, melainkan sebuah ujian yang datang bersamaan dengan sebuah keleluasaan. Sebuah ujian yang sebaiknya dibijaki dengan cermat. Menjadi perempuan eksistensial (mungkin) adalah jawaban dalam mereaksi shock therapy ini. Cermat melihat kehidupan, bijak menjalani kehidupan, anggun dalam rangkulan nature dan nurture serta tidak terburu buru dalam menyikapi sebuah fenomena. Perempuan Eksistensialis adalah perempuan yang dengan sadar memilih jalan hidupnya sesuai dengan nature dan nurture yang melingkupinya, sadar akan konsenkuesi dari pilihan hidupnya, dan bertanggung jawab atas jalan hidupnya. Perempuan merupakan kunci dari sebuah peradaban, perempuan eksistensial akan mencipta sebuah peradaban yang eksistential pula. Ingat, shock therapy ini takkan pernah usai.